"Adikmu ini mbok ajarin apa? Tadi dia dimarahi sama gurunya!"
Wik! Saya kaget. Ajari apa? Perasaan aku tidak pernah mengajari adik perempuanku itu coret - coret dinding sekolah atau bermain rubik waktu pelajaran (hehehe). Aku masih bertanya - tanya. Adikku menangis di samping mama. Setelah tangisannya sedikit reda, dia menjelaskan bahwa ternyata semua ini gara - gara kemarin aku mengajarinya main kali - kalian pakai jari.
"Kalau mau bisa ngitung kali - kalian caranya kayak gini, bukan dihafal," kataku kemarin.
Tapi sialnya, guru matematika adikku tak sepaham. Jadi ceritanya tadi waktu mau pulang, guru adikku itu menyuruh murid - muridnya untuk maju satu - satu, lalu disuruh menghafalkan perkalian mulai dari 1x1 sampai 10x10. Giliran adikku tiba, dia merapal perkaliannya dengan jari - jari yang bergerak lincah. Tapi tiba - tiba rapalan adikku dihentikan oleh guru itu.
"Kamu ini apa - apaan. Sudah dibilangi suruh menghafal malah pakai cara gituan. Itu sudah kuno, gak boleh pakai itu!"
dan adikku pun menangis.
dan adikku pun menangis.
WTF -____-
Ya, inilah secuil potret pendidikan di Indonesia. Hafal, hafal, dan hafal. Bahkan matematika yang pada dasarnya adalah ilmu hitungan pun dihafal. Kenapa menghafal? Karena buku - buku yang dicetak dan kurikulum yang dibuat juga berbasis menghafal, bukan memahami. Contohnya saja dalam menyebutkan contoh benda yang mempunyai gaya pegas, pasti pada buku pelajaran IPA dari zaman orang tua kita sekolah sampai adik kita sekolah rata - rata tertulis ketapel. Sungguh konsisten, hahaha. Aku tidak mengerti, mengapa bukan hal - hal yang ada di sekitar kita saja yang dijadikan contoh, misalnya pulpen per, tombol power di televisi, atau gagang pintu. Contoh - contoh tersebut menurut saya lebih real daripada sebuah "ketapel" yang bahkan aku tidak yakin anak SD zaman sekarang pernah melihatnya.
Lalu jika siswa di Indonesia belajar dengan "metode" seperti ini, apa bedanya dengan robot? Cara kerja robot yaitu kita memasukkan program ke dalamnya lalu mereka melakukan seperti yang diprogramkan. Kita dijejali dengan buku penuh tulisan lalu menghafalkannya tanpa ada satu pun kata yang tertinggal,tanpa perlu mengerti! Hanya menghafal. Kita tidak diberi kesempatan untuk menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan pelajaran sekolah dalam kehidupan sehari - hari, kita hanya disuruh menghafal dan setelah itu, hilang.
Kalau ini terus berlangsung hingga masa anak cucu kita, maka bangsa ini hanya menjadi "bangsa penghafal". Ya, hanya penghafal.
Lalu jika siswa di Indonesia belajar dengan "metode" seperti ini, apa bedanya dengan robot? Cara kerja robot yaitu kita memasukkan program ke dalamnya lalu mereka melakukan seperti yang diprogramkan. Kita dijejali dengan buku penuh tulisan lalu menghafalkannya tanpa ada satu pun kata yang tertinggal,tanpa perlu mengerti! Hanya menghafal. Kita tidak diberi kesempatan untuk menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan pelajaran sekolah dalam kehidupan sehari - hari, kita hanya disuruh menghafal dan setelah itu, hilang.
Kalau ini terus berlangsung hingga masa anak cucu kita, maka bangsa ini hanya menjadi "bangsa penghafal". Ya, hanya penghafal.
No comments:
Post a Comment