Matahari lah yang paling cepat membalas salam Celahir ketika jendela terbuka. Tanpa permisi, ia langsung menerobos masuk ke ruangan di dalam rumah, menyapa hangat Celahir yang masih sedikit mengantuk.
Hari ini ia berencana akan pergi ke kota, berjalan-jalan menelusuri keramaian bersama Cirnelle karena hari ini di sana akan ada pesta. Festival madu. Nanti, akan ada banyak orang tumpah ke jalan menikmati madu bersama-sama. Sebenarnya festival ini sudah ada bertahun-tahun yang lalu, tapi Celahir baru ikut merayakannya tahun ini.
***
Matahari cerah seakan ikut berpesta bersama mereka. Tak terlihat sedikit pun awan mendung di atas sana. Bunga-bunga segar bermekaran di sepanjang jalan, menghiasi jalanan kota yang penuh sesak Celahir menatap wajah orang-orang yang ceria, menyantap sedap madu yang lezat. Lebah pun tak ketinggalan ikut berpesta. Menikmati lezatnya madu buatan mereka.
"Wahai para lebah, terima kasih banyak karena kalian telah membuat madu yang sangat lezat ini!" teriak seseorang di tengah kerumunan ini.
"Hidup lebah! Hidup lebah!" teriak seseorang yang lain.
Orang-orang pun bersorak mengiyakan perkataan orang tadi. Celahir mengernyitkan dahi, heran. Semuanya bersorak senang, tapi Celahir tak ikut bersorak. Hal itu membuat Cirnelle yang berada di sampingnya bertanya kepadanya,
"Hei, kenapa? Kau tampak tak senang..."
"Oh tidak, aku hanya merasa..."
Celahir merasa ada yang salah. Ia merasa semua orang terlalu memuja lebah, rasanya ada sesuatu yang terlupakan. Dia berpikir sejenak dan akhirnya menemukannya...
"Ya! Itu dia!"
Cirnelle terkejut. Dia bertanya pada Celahir, "Maksudnya?"
"Tak apa. Tunggu di sini..."
Celahir tiba-tiba berlari menuju tepi jalan, menerobos kerumunan yang padat. Cirnelle terheran-heran melihat tingkah lakunya. Orang-orang yang diterobosnya merasa terganggu, tapi perkataan maaf Celahir membuat marah mereka sedikit reda. Cirnelle hanya bisa tersenyum melihatnya.
Tiba-tiba Celahir memetik beberapa bunga dan melompat naik ke atas meja dan sengaja memecahkan sebuah gelas untuk menarik perhatian. Orang-orang pun seketika menoleh ke arahnya.
"Oh, apa yang dia lakukan?" Cirnelle menutup mukanya. Celahir hanya diam, tapi sejurus kemudian berbicara lantang dan menyadarkan pikiran setiap orang yang hadir di tempat itu.
"Selama ini orang-orang selalu mengidentikkan madu dengan lebah. Setiap mendengar madu, selalu lebah yang terlintas di pikiran. Tapi pernahkah kalian berpikir bagaimana lebah membuat madu? Ini. Mereka semua ini. Bunga-bunga yang kepugang ini juga ikut ambil bagian dari semua madu yang kita makan. Tanpa bunga, tak setetes madu pun bisa dibuat oleh para lebah. Selama bertahun-tahun, kita, para manusia, merayakan festival madu dan mengelu-elukan lebah, tapi tak sedikit pun ingat dengan bunga."
"Anak muda itu benar juga," orang-orang menggumam sambil memanggut.
"Padahal setiap tahun, kita merayakan ini semua tepat di depan para bunga yang setia berdiri menghiasi jalanan. Bayangkan, setiap tahun kalian berpesta di depan mereka, memakan olahan nektar mereka, namun tak pernah sekali pun mengajak mereka. Sungguh baik sekali mereka. Kita masih diberikan kesempatan menikmati madu setiap saat...
...Menurutku alangkah adilnya bila kita tak hanya menghormati sang lebah, bunga pun layak kita hormati..."
Hening sejenak. Orang-orang terlihat berpikir. Alis mereka berkerut-kerut.
Seseorang akhirnya berucap, "Yaa, kau benar, Sobat! Mulai sekarang, mari kita rayakan hari madu bersama para lebah dan bunga! Karena tanpa bunga, lebah juga tak bisa membuat madu!"
"Hidup bunga! Hidup bunga! Hidup lebah!" Semua orang bersorak riang. Celahir pun ikut bersorak. Cirnelle juga.
Sejak saat itu, para bunga pun mekar lebih cerah dan ikut merayakan hari madu.
"Wahai para lebah, terima kasih banyak karena kalian telah membuat madu yang sangat lezat ini!" teriak seseorang di tengah kerumunan ini.
"Hidup lebah! Hidup lebah!" teriak seseorang yang lain.
Orang-orang pun bersorak mengiyakan perkataan orang tadi. Celahir mengernyitkan dahi, heran. Semuanya bersorak senang, tapi Celahir tak ikut bersorak. Hal itu membuat Cirnelle yang berada di sampingnya bertanya kepadanya,
"Hei, kenapa? Kau tampak tak senang..."
"Oh tidak, aku hanya merasa..."
Celahir merasa ada yang salah. Ia merasa semua orang terlalu memuja lebah, rasanya ada sesuatu yang terlupakan. Dia berpikir sejenak dan akhirnya menemukannya...
"Ya! Itu dia!"
Cirnelle terkejut. Dia bertanya pada Celahir, "Maksudnya?"
"Tak apa. Tunggu di sini..."
Celahir tiba-tiba berlari menuju tepi jalan, menerobos kerumunan yang padat. Cirnelle terheran-heran melihat tingkah lakunya. Orang-orang yang diterobosnya merasa terganggu, tapi perkataan maaf Celahir membuat marah mereka sedikit reda. Cirnelle hanya bisa tersenyum melihatnya.
Tiba-tiba Celahir memetik beberapa bunga dan melompat naik ke atas meja dan sengaja memecahkan sebuah gelas untuk menarik perhatian. Orang-orang pun seketika menoleh ke arahnya.
"Oh, apa yang dia lakukan?" Cirnelle menutup mukanya. Celahir hanya diam, tapi sejurus kemudian berbicara lantang dan menyadarkan pikiran setiap orang yang hadir di tempat itu.
"Selama ini orang-orang selalu mengidentikkan madu dengan lebah. Setiap mendengar madu, selalu lebah yang terlintas di pikiran. Tapi pernahkah kalian berpikir bagaimana lebah membuat madu? Ini. Mereka semua ini. Bunga-bunga yang kepugang ini juga ikut ambil bagian dari semua madu yang kita makan. Tanpa bunga, tak setetes madu pun bisa dibuat oleh para lebah. Selama bertahun-tahun, kita, para manusia, merayakan festival madu dan mengelu-elukan lebah, tapi tak sedikit pun ingat dengan bunga."
"Anak muda itu benar juga," orang-orang menggumam sambil memanggut.
"Padahal setiap tahun, kita merayakan ini semua tepat di depan para bunga yang setia berdiri menghiasi jalanan. Bayangkan, setiap tahun kalian berpesta di depan mereka, memakan olahan nektar mereka, namun tak pernah sekali pun mengajak mereka. Sungguh baik sekali mereka. Kita masih diberikan kesempatan menikmati madu setiap saat...
...Menurutku alangkah adilnya bila kita tak hanya menghormati sang lebah, bunga pun layak kita hormati..."
Hening sejenak. Orang-orang terlihat berpikir. Alis mereka berkerut-kerut.
Seseorang akhirnya berucap, "Yaa, kau benar, Sobat! Mulai sekarang, mari kita rayakan hari madu bersama para lebah dan bunga! Karena tanpa bunga, lebah juga tak bisa membuat madu!"
"Hidup bunga! Hidup bunga! Hidup lebah!" Semua orang bersorak riang. Celahir pun ikut bersorak. Cirnelle juga.
Sejak saat itu, para bunga pun mekar lebih cerah dan ikut merayakan hari madu.
No comments:
Post a Comment