Wajah kalian seperti lukisan, tak terhapus. Hanya bisa hilang bila semua sarafku telah digunting, lalu otakku diambil dan dibentangkan untuk hiasan korden...
Bagaimana bisa sebuah sarana pendidikan yang terkesan tua dan membosankan, menjadi media untuk kita mengikat simpul mati ini?
Simpul yang tanpa kita sadari menghubungkan tulang ekor kita, terbuat dari tali yang tak kasat mata, yang bisa molor memanjang tak terbatas. Bahkan hingga kalian berkeliling dunia sebanyak tujuh kali pun, tali itu takkan pernah putus.
Rumah sakit jiwa. Penuh dengan orang-orang sakit. Mungkin kita semua akan tinggal di sana, bila salah satu dari kita lepas talinya, atau sekedar kendur.
Sakit!
Kini, kita terasa seperti hidup di dunia yang berbeda. Retina mata kita kini menangkap gambar yang berbeda, tubuh kita merasakan suhu yang berbeda. Tapi tali itu tetap mengikat di tulang ekor kita. Mengikat kencang, tapi tak menyiksa.
Kelak, kita akan kembali menggambari papan-papan dengan kisah kita, kembali berceloteh menirukan hauman godzilla di depan anak-anak kita (lalu mereka pun memandang aneh), kembali tertawa terbahak-bahak hingga rahang kita seperti dipatri dalam keadaan terbuka, tentu dengan ekor yang masih terikat.
Jangan raba pantat kalian, kalian tak akan merasakan tali tak kasat mata itu.
Masuklah ke hati kalian, karena di sanalah tali itu tersimpul manis...
Bagaimana bisa sebuah sarana pendidikan yang terkesan tua dan membosankan, menjadi media untuk kita mengikat simpul mati ini?
Simpul yang tanpa kita sadari menghubungkan tulang ekor kita, terbuat dari tali yang tak kasat mata, yang bisa molor memanjang tak terbatas. Bahkan hingga kalian berkeliling dunia sebanyak tujuh kali pun, tali itu takkan pernah putus.
Rumah sakit jiwa. Penuh dengan orang-orang sakit. Mungkin kita semua akan tinggal di sana, bila salah satu dari kita lepas talinya, atau sekedar kendur.
Sakit!
Kini, kita terasa seperti hidup di dunia yang berbeda. Retina mata kita kini menangkap gambar yang berbeda, tubuh kita merasakan suhu yang berbeda. Tapi tali itu tetap mengikat di tulang ekor kita. Mengikat kencang, tapi tak menyiksa.
Kelak, kita akan kembali menggambari papan-papan dengan kisah kita, kembali berceloteh menirukan hauman godzilla di depan anak-anak kita (lalu mereka pun memandang aneh), kembali tertawa terbahak-bahak hingga rahang kita seperti dipatri dalam keadaan terbuka, tentu dengan ekor yang masih terikat.
Jangan raba pantat kalian, kalian tak akan merasakan tali tak kasat mata itu.
Masuklah ke hati kalian, karena di sanalah tali itu tersimpul manis...
Str3ss, rumahku.
No comments:
Post a Comment