6 November 2011

Basa Basi

Aku melambatkan langkah. Hmm tidak. Aku menghentikan langkah. Semua kini tampak berbeda, semua pandangan di tepi jalan basah karena hujan ini menunjukkan ekspresi tunggal, menghina. Lukisan anak itu telah sobek, terinjak, hancur. Semua catnya luntur mengalir berkejaran dengan aliran air hujan di aspal hitam, berlomba-lomba menuju lubang air. Tak satu pun kutemui wajah iba, kasihan, dan sebagainya. Semua memandang aneh padanya.
"Bodoh," kudengar bisikan itu di tengah lalu lalang.

Dulu, jalan ini 'hangat'. Orang-orangnya ramah, suka bertegur sapa. Meskipun gangnya sempit, tapi orang-orangnya berpikiran luas. Apresiatif terhadap karya-karya seni. Banyak seniman yang suka bertengger di sini. Selain itu, suasana gang sempit ini juga nyaman. Anak-anak berlarian dengan anjingnya. Para ibu menuntun kereta bayi menuju taman di ujung gang. Taman yang mungil, namun indah. Sejuk.

***

Suasana dingin. Ramai tapi hening, sampai-sampai suara rintik hujan terdengar sangat gaduh waktu itu. Di gang sempit ini, seorang anak-sebut saja namanya Ruli-biasa menjajakan lukisannya. Lukisan yang kini berceceran. Basah. 

No comments:

Post a Comment