"Sentuhan terakhir," katanya.
Lalu setelah melekatkan serpihan cokelat itu, akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Nampaknya dia sangat gembira, tak sabar menunggu hari esok. Diletakannya kepalanya di atas bantal, membayangkan bagaimana rencana untuk esok, membayangkan bagaimana dia bisa melakukan ini semua, membayangkan apa yang akan terjadi pada hari di mana tepat enam belas tahun yang lalu......
Dia pun terlelap.
***
Bulan sudah hampir terlelap, tapi masih terjaga. Mungkin sebentar lagi akan terlelap, digantikan tugasnya oleh matahari yang telah berancang-ancang di ufuk timur. Suara adzan subuh saling bersahutan mengisi kesunyian. Dari dalam sini aku bisa mendengar suara percikan air dari depan kamar mandi. Hanya sebentar, lalu hilang. Kembali sunyi.
Pintu pun akhirnya terbuka. Berjam-jam aku terkurung dalam kegelapan dan akhirnya cahaya menerpaku. Cukup hangat. Matanya menatapku hikmat sekali, lalu bibirnya pelan berkata,"Selamat pagi, Anastasia... kau masih di atas awan kan?!"
Dia tertawa, hanya sebentar.
Lalu aku dipindahkan ke dalam ruangan serba putih. Aku bergeming. Ruangan ini lebih sempit daripada yang pertama. Tak berapa lama, ruangan ini terangkat. Sepertinya dia yang mengangkat. Ya, benar dia. Aku bisa melihat wajahnya melalui celah atap yang dijinjingnya dengan semangat. Suara mesin berbunyi, dan tak laa kemudian aku terguncang-guncang di dalam sini. Sangat tidak nyaman, tapi aku tetap bergeming. Mau dibawa ke mana aku? Aku tak tahu.
***
Jam demi jam berlalu. Aku telah mendengar banyak suara. Sepertinya banyak orang di luar sana. Berbagai suara bergantian mendominasi telingaku, seperti mengajarkan berbagai hal. Aku tak tahu pastinya karena aku masih terkurung di ruangan serba putih ini.
Ruangan ini kembali dijinjing, aku kembali terguncang-guncang. Kali ini dia sangat bersemangat. Mengapa dia semangat sekali? Aneh. Selagi aku memikirkan jawabannya tiba-tiba guncangannya berakhir. Dia berhenti, seperti menunggu sesuatu, aku pun turut menunggu.
Tak lama kemudian, semuanya tampak jelas. Akhirnya dia mengeluarkanku dari ruangan putih itu. Aku melihat dua sosok mengepungku. Mereka saling berhadapan, dan keduanya tersenyum. Tapi yang berambut panjang lebih manis. Setelah cukup lama keduanya tersenyum, akhirnya mereka bersama-sama menopangku. Kedua tangan mereka bersatu mengangkatku. Dan dia pun berkata,"Happy birthday nya..." Gadis itu tersenyum.
"Terima kasih," jawabnya lirih sambil menunduk. Menatapku.
Dan aku masih terbaring di atas awan.
"Terima kasih," jawabnya lirih sambil menunduk. Menatapku.
Dan aku masih terbaring di atas awan.
No comments:
Post a Comment