23 April 2011

Centang dan Silang

Sebenarnya aku sudah tertidur, tapi tak lama. Terbangun oleh lendir yang menyumbat saluran pernapasanku, sangat mengganggu. Setelah mengadu (hahaha tukang ngadu) katanya tidur miring solusinya. Kucoba. Efektif, tapi aku tak bisa berlama-lama tidur dengan posisi seperti ini, tak biasa.Akhirnya ku putuskan beranjak dari kamar, mengambil Stupid Thing, sebuah notes darinya. Entah mengapa saat itu aku ingin menulis sesuatu di dalamnya, bukan menggambar. :D
Wow, ini pertama kalinya aku menuliskan sesuatu pada Stupid Thing, sebuah rencana untuk esok.

*^*^*

Pagi hari, gerimis. Aku sibuk melipat-lipat kertas dan membuat sesuatu yang aneh.
"Buat siapa itu?" mamaku bertanya.
"Siapa lagi?!" kakakku menjawab, seakan pertanyaan tadi retoris. Tapi memang retoris. Mamaku tersenyum. Aku pun.

Sebenarnya aku ada janji dengan teman-teman pukul delapan di sekolah, tapi karena keasyikan menggunting-gunting sampai lupa dan baru berangkat pukul sepuluh.(Maafken saya, hehehe) Sampai di sana, kulihat mereka sedang membahas sesuatu. Setelah semua persiapan selesai, akhirnya aku dan teman-teman berkeliling mencari berbagai buku untuk disumbangkan ke sekolah.
Wah pas sekali waktunya, batinku.

Matahari sedang terik-teriknya, tapi untung semua pekerjaan telah selesai. Buku-buku itu sudah terjajar manis di depan kami. Siap meluncur untuk mencerdaskan bangsa. Akhirnya kupulang, dengan perasaan lega.

^*^*^

Sore. Kubertanya apakah dia telah selesai dengan pekerjaannya. Belum, jawabnya. Satu jam kemudian, kutanya lagi. Masih belum juga. Hmhmhm nampaknya dia masih lama. Aku mulai gelisah, takut bila sesuatu yang kucipta tadi pagi tak tersampaikan. Sebenarnya dia telah berkata kalau dia tak tahu pukul berapa semua pekerjaannya selesai, tapi aku berharap ketika sore tiba, semuanya telah selesai dan aku bisa memberikan ini padanya. Tapi bahkan ketika matahari mulai terbenam pun, pekerjaannya belum selesai.

Selesai sudah, pikirku. Akhirnya satu centang dan dua silang terukir di Stupid Thing. Kini aku paham mengapa banyak orang yang frustasi ketika sesuatu tak sesuai dengan kehendaknya, karena kini aku pun begitu. 
Mengapa harus yang ini?
Hal pertama yang kutulis...
Padahal aku hanya ingin mengucapkan "selamat hari buku sedunia" padanya.

Semuanya terasa hening. Di sudut kamarku, lipatan-lipatan kertas ini teronggok, berjajar dengan karya-karya lain yang bernasib sama dengannya. 

Selamat malam, maafkan aku... kataku padanya sambil meletakkannya dengan hati-hati.

No comments:

Post a Comment