15 January 2012

Protes

Dulu waktu SD, pasti tiap hari senin ada yang namanya upacara bendera. Sekarang rasanya kangen sekali, udah lama nggak upacara. Di kuliahan nggak ada upacara gitu-gitu. Sebenernya mengherankan juga, kenapa nggak diadain aja ya? At least sebulan sekali lah di tiap jurusan. Mungkin nggak ada waktu buat latihannya, belum lagi nggak semua jurusan di setiap universitas punya lapangan untuk upacara, entahlah. hehehe

Ngomong-ngomong soal upacara, dulu waktu SD, biasanya yang disuruh jadi petugas upacara adalah anak yang pandai di kelasnya. Terus yang ranking 1 dijadiin pemimpin upacara, ya kan?
kebijakan yang aneh. Hahaha
Kenapa aneh?
Ya aneh aja.
Sekarang coba pikir, apa hubungannya anak yang pintar di bidang akademik dengan petugas upacara?
Apa itu berarti anak yang nggak pintar tidak layak jadi petugas upacara?
Hmm, mungkin pemikiran dari guru-guru, sang pengambil kebijakan, adalah kalau anak yang pintar akademisnya disuruh berlatih menjadi petugas upacara, maka waktu yang digunakan untuk berlatih tak akan mengganggu waktu belajarnya. Gampangnya, meskipun jadi petugas upacara, dia nggak akan ketinggalan pelajaran.

Tapi menurutku ada yang salah, hmmm...
Sante aja bacanya, nih kopi bos. ~O) hehehe

Biasanya, anak-anak SD yang pinter di sekolahnya, kerjaannya itu tiap jam belajar. Kalau nggak gitu ya tidur siang. =)) Kalau misalnya mereka disuruh jadi petugas, pasti itu akan mengganggu jadwal belajar mereka. Bisa-bisa prestasinya menurun gara-gara latihan upacara. Anak-anak ini juga belum tentu suka disuruh seperti itu. Intinya, bagi anak-anak ini, kegiatan semacam ini sangat mengganggu mereka.

Sekarang lihat dari sisi sang "anak yang terbuang". Lain halnya dengan anak pintar, mereka itu kerjaannya tiap hari main. Main apa pun lah, main bola, main PS, main kelereng dll, jarang belajarnya. Coba kalau misalnya mereka yang jadi petugas upacara, seenggaknya mereka berguna lah. Mereka juga pasti semangat kalau disuruh jadi petugas, karena setauku, anak-anak seperti ini nih apa pun mau dilakukan, yang penting nggak belajar.:P Selain itu, biasanya kemampuan motorik anak-anak ini jauh lebih hebat daripada anak-anak "emas" sang guru yang (kebanyakan) kikuk kayak robot karena jarang gerak. Jadi tidak mempertaruhkan kualitas para petugas, dengan alibi agar tidak ingin mengganggu waktu belajar anak-anak yang nggak pinter. Mereka lho meskipun gak disuruh jadi petugas juga nggak belajar, jadi ya mending disuruh aja kan? Jadi hidup mereka nggak sia-sia hehehe.

Mari berdayakan anak-anak dengan kemampuan motorik hebat untuk jadi petugas upacara. Sekali lagi, kepandaian akademik nggak ada hubungannya dengan petugas upacara. Berilah mereka prestasi! Jangan sampai yang berprestasi semakin berprestasi, yang nggak berprestasi semakin hina dina.

4 comments:

  1. Menurutku bukan krn itu gurunya milih. Tp emang tipe gurunya males repot2 cari murid lain. Udah itu2 aja kesayangannya. Menyepelekan yg lain..

    ReplyDelete
  2. Knapa ya kok kayak gitu? Kasian pek. Kalau cuma masalah nyari murid yg tepat buat jadi petugas upacara aja kerepotan, gimana bisa didik generasi muda? Pendidikan moral makin lama makin tersisihkan se -_- fokusnya sains tok, makanya jadi males gitu.Sampai ada yg namanya "pendidikan karakter"! APA INIII? Sekolah udah g mengajarkan kpribadian, sekolah cuma untuk angka2 di rapot.

    ReplyDelete