Ngomong-ngomong soal upacara, dulu waktu SD, biasanya yang disuruh jadi petugas upacara adalah anak yang pandai di kelasnya. Terus yang ranking 1 dijadiin pemimpin upacara, ya kan?
kebijakan yang aneh. Hahaha
Kenapa aneh?
Ya aneh aja.
Sekarang coba pikir, apa hubungannya anak yang pintar di bidang akademik dengan petugas upacara?
Apa itu berarti anak yang nggak pintar tidak layak jadi petugas upacara?
Hmm, mungkin pemikiran dari guru-guru, sang pengambil kebijakan, adalah kalau anak yang pintar akademisnya disuruh berlatih menjadi petugas upacara, maka waktu yang digunakan untuk berlatih tak akan mengganggu waktu belajarnya. Gampangnya, meskipun jadi petugas upacara, dia nggak akan ketinggalan pelajaran.
Tapi menurutku ada yang salah, hmmm...
Sante aja bacanya, nih kopi bos.

Biasanya, anak-anak SD yang pinter di sekolahnya, kerjaannya itu tiap jam belajar. Kalau nggak gitu ya tidur siang.

Sekarang lihat dari sisi sang "anak yang terbuang". Lain halnya dengan anak pintar, mereka itu kerjaannya tiap hari main. Main apa pun lah, main bola, main PS, main kelereng dll, jarang belajarnya. Coba kalau misalnya mereka yang jadi petugas upacara, seenggaknya mereka berguna lah. Mereka juga pasti semangat kalau disuruh jadi petugas, karena setauku, anak-anak seperti ini nih apa pun mau dilakukan, yang penting nggak belajar.

Mari berdayakan anak-anak dengan kemampuan motorik hebat untuk jadi petugas upacara. Sekali lagi, kepandaian akademik nggak ada hubungannya dengan petugas upacara. Berilah mereka prestasi! Jangan sampai yang berprestasi semakin berprestasi, yang nggak berprestasi semakin hina dina.
Iyo eh ranking 1 :p
ReplyDeletewaaa buka kartu :D
ReplyDeleteMenurutku bukan krn itu gurunya milih. Tp emang tipe gurunya males repot2 cari murid lain. Udah itu2 aja kesayangannya. Menyepelekan yg lain..
ReplyDeleteKnapa ya kok kayak gitu? Kasian pek. Kalau cuma masalah nyari murid yg tepat buat jadi petugas upacara aja kerepotan, gimana bisa didik generasi muda? Pendidikan moral makin lama makin tersisihkan se -_- fokusnya sains tok, makanya jadi males gitu.Sampai ada yg namanya "pendidikan karakter"! APA INIII? Sekolah udah g mengajarkan kpribadian, sekolah cuma untuk angka2 di rapot.
ReplyDelete